Blog
Dikala Masalah Terasa Berat, Ingatlah…
- 23/08/2023
- Posted by: Admin Web STIQ
- Category: Artikel Publikasi Umum
Masalah hidup seseorang memang tidak bisa disamakan antara satu dengan yang lainnya, tapi nyatanya tidak bisa dipungkiri kalau setiap orang di dunia memiliki masalah yang harus mereka hadapi. Ada yang sudah mampu pasrah dalam menjalani, juga ada yang masih keberatan. Yang pada akhirnya berat-ringannya masalah seseorang itu bisa diukur dengan seberapa dia terbiasa menghadapinya.
Sayangnya, dikala masalah terasa berat bagi seorang manusia, banyak yang merasa masalah dan beban hidupnya jauh lebih berat dibanding oranglain. Sehingga untuk tetap bersikap tenang itu sulit bagi mereka, sampai-sampai untuk tersenyum saja susah terlihat, seakan-akan setiap perbuatannya yang tidak enak dilihat itu perlu untuk selalu dimaklumi oleh oranglain. Mungkin sekali-kali tidak mengapa dan justru perlu. Tapi jika terus-menerus, apakah ini hal yang baik?
Ketika masalah sedang berat, seringkali emosi menguasai diri kita. Padahal amarah tidak selalu menyelesaikan masalah sebagaimana juga menangis. Tidakkah kita sadar, bahwa kesedihan kita ini menghalangi kita dari berbuat baik ?.. dan ingatkah kita, sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bahwa orang yang kuat adalah yang mampu menahan amarahnya? Maka apakah inti dari masalah ini ? Jawabannya sederhana, tidak lain dan tidak bukan untuk membuat kita ingat kepada Allah ‘azza wa jalla.
Suatu saat saya bertafakkur, dan menemukan sedikit hikmah yang ingin saya bagikan disini, “kepahitan dalam hidup yang kita rasakan dalam bentuk masalah, mungkin ada untuk menetralkan nikmat dunia yang membuat kita lupa sama pertanggungjawaban kita di akhirat, juga lupanya kita untuk bersyukur kepada Allah”
Lalu kemudian seseorang mengingatkanku tentang firman Allah,
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput darimu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS.Al-Hadid ayat 23)
Tidak ada yang kekal di dunia, termasuk masalah kita. Maka untuk menyelesaikannya adalah dengan mencari solusinya, yaitu salah satunya dengan membuktikan kepada Allah bahwa kita memanfaatkan waktu dan kesempatan ini untuk berubah menjadi lebih baik, lebih taat, membawa bekal terbaik ketika kembali kepada Allah. Contohnya, dengan bersabar ketika ditimpa kesulitan, dan bersyukur ketika diberi kenikmatan. Sebagaimana di dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.”[1]
Buku motivasi untuk menjalani hidup dan pengembangan diri sekarang sangat banyak, tapi perlu diingat, sebanyak apapun buku semacam itu yang kita baca, semua perubahan itu berawal dari keinginan kuat diri kita sendiri. Maka tatkala kita butuh teman yang baik untuk menyertai diri ini berubah, carilah lingkungan yang penuh dengan orang-orang baik. Jikalau tak mampu menemukannya saat ini, maka jadilah orang yang baik bagi orang lain. Semoga dengan keberadaanmu diantara manusia bisa mengingatkan mereka kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” [2]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, bahwa termasuk manusia yang paling baik, adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya, dan yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ وَلاَ خَيْرَ فِيْمَنْ لاَ يَأْلَفُ وَلاَ يُؤْلَفُ وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Seorang mukmin itu adalah orang yang bisa menerima dan diterima orang lain, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bisa menerima dan tidak bisa diterima orang lain. Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” [3]
وَعَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ )) رَوَاهُ البُخَارِيُّ .
Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”[4]
Maka pertanyaannya, apakah yang telah kita lakukan dan apakah yang telah kita persiapkan untuk umat muslim saat ini, apakah menjadi seorang yang membawa kebaikan, atau sebaliknya ? minimalnya mungkin kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri, sudahkah kita siap menghadapi kematian? Sudahkan kita mampu bersabar dalam ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya? Bukankah setiap amalan kita akan dimintai pertanggung jawaban?
Nah, jika kita mulai berpikir seperti ini, besar kemungkinan kita tidak akan larut dalam kesedihan dan bersegera menyelesaikan masalah kita. Sejatinya kita benar-benar ingin masalah itu lenyap bersama dunia pada akhirnya. Maka solusi atas hal ini sebenarnya singkat, yaitu sering-seringlah membaca Al-Qur’an dan mempelajari arti dari ayat-ayat Allah, agar kita lebih sering mengingat Allah dan dekat dengan-Nya.
Sebagian manusia saat ini, mungkin lebih banyak yang memilih untuk mendengar musik dan lagu ketika sedang bersedih. Padahal Al-Qur’an adalah kalamullah yang artinya firman Allah, atau perkataan Allah. Dan pada faktanya, ada sebagian kecil orang yang ketika membaca Al-Qur’an, bisa merasakan bahwa Allah sedang berbicara dengan mereka lewat ayat-ayat Al-Qur’an tersebut. menegur mereka, menasehati mereka, yang setelah itu membuat hati mereka jadi tenang dan ingat.. bahwa hidup ini hanya sementara, dan kepada Allah segala urusan dikembalikan setelah kita berusaha keras untuk menyelesaikan masalah kita masing-masing.
Semoga bermanfaat !
Author : Yashila Rahma, Mahasiswi STIQ Isy Karima Semester 2
Sumber
https://rumaysho.com/3483-tafsir-surat-al-ashr-orang-sukses-waktu.html
https://rumaysho.com/18216-tsalatsatul-ushul-bagaimana-kiat-bersabar.html
https://rumaysho.com/21196-raihlah-pahala-besar-dalam-amalan-mutaaddi.html
[1] HR. Muslim, no. 2999
[2] QS. Al ‘Ashr: 1-3
[3] HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awsath, no. 5949. Syaikh Al-Albani menghasankan dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 426
[4] (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 5027